Perbedaan Sepatu The North Face Asli Dan Palsu

Perbedaan Sepatu The North Face Asli Dan Palsu – Para pekerja menjahit pakaian sesuai pesanan dengan merek terkenal dunia di sebuah pabrik garmen di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dari pabrik penyimpanan semacam ini, produk yang ditolak didistribusikan dan dijual. Semua foto oleh Iqbal Kusumadirezza

Pakaian luar negeri yang tidak memenuhi kebutuhan luar negeri sering disebut pakaian rongsokan, tetapi dijual oleh berbagai pihak. Asisten menyelidiki praktik jual beli pakaian bekas di Bandung.

Perbedaan Sepatu The North Face Asli Dan Palsu

Awan mulai menggantung menjelang senja, namun suara toko di tengah kota Bandung menandakan dimulainya hari baru. Ukuran rukonya 3 x 3 meter, mirip kamar asrama dengan satu tempat tidur. Namun yang pasti bukan ruang penerima tamu, karena strukturnya mirip dengan ruang penyimpanan pakaian dan sepatu. Pakaian lain digantung di rak, kebanyakan jaket tebal dan hoodies dengan gaya, pola, warna, dan bahan yang berbeda. Sementara itu, pakaian linen tipis ditumpuk di samping peron di dinding ruangan kecil itu.

Rekomendasi Jaket The North Face Terbaik Untuk Pria (terbaru Tahun 2022)

Ada juga celana jogger, hot pants, celana olahraga, legging, yang diisi bahan plastik transparan dan diletakkan di atas tanah. Semua pakaian dari merek fashion terkenal dunia termasuk Columbia, Champion, Tommy Hilfiger, GAP, The North Face, Old Navy, Pull & Bear dan banyak lagi. Di bawah rak, terdapat tumpukan tas dengan berbagai jenis, seperti tas duffel atau tas bekal. Semua juga terbuat dari merek-merek populer. Logo tersebut, yang tidak menyertakan pemandangan ruangan yang dilapisi kayu, telah diubah menjadi menara sepatu, menunjukkan variasi, ukuran, dan karakter yang dapat dikenakan oleh setiap sneakerhead. Koleksi mulai dari Adidas, Under Armour, Nike, ASIC, Karrimor, hingga New Balance bisa Anda temukan dengan mudah. Semuanya adalah sepatu “nyata”, bukan imitasi. Kenapa ada tanda kurung? Pasalnya, banyak barang di toko tersebut yang menjadi corong siklus ekonomi unik dari limbah industri pakaian dan tekstil di tanah air. Pemilik toko dan gudang kecil sering dijuluki Dragonfly. Dia meminta agar nama aslinya tidak digunakan untuk keamanan dan privasi. Matanya terus menatap layar ponselnya. Hujan turun deras setelah gelap, tapi Mukonikoni tidak peduli. Isi layar ponsel lebih penting dari cuaca buruk di Bandung pada pertengahan Februari 2022 saat saya berkunjung.

Jari-jari capung bergerak cepat di atas ponselnya, menanggapi beberapa panggilan masuk. Ia juga secara rutin menginstruksikan asisten tokonya, Ogie, untuk mengatur barang yang akan dikirim ke pelanggan.

“Setiap hari mereka harus mengirim barang,” katanya. Sore itu, ia dan Ogie sedang bersiap-siap untuk mengirimkan beberapa pasang sepatu dan baju ke pelanggan ke luar kota, bahkan ke luar pulau. Mereka juga telah menerima paket dari vendor berkali-kali. Sudah hampir enam tahun sejak Dragonfly membuka toko dan gudang fashion all-in-one kecil di Bandung ini. Pelanggan datang lebih jarang karena sebagian besar transaksi dilakukan secara online.

Dragonfly memulai bisnisnya pada tahun 2011 ketika ia memulai bisnisnya mengoleksi sneakers desainer. Bagi Dragonflies memiliki beberapa sepatu desainer dari Adidas atau Nike Air Jordan adalah suatu kebanggaan. Namun, kecintaannya pada beberapa sneakers kerap menancap di ibu kota. Sepatu kets merek terkenal biasanya dihargai di atas Rp juta. Harganya akan lebih mahal jika seri atau model langka, seperti Adidas Beckenbauer, SL 72 atau Dragon. “Masalahnya, produk berkualitas itu mahal, bukan? Kalau beli dari toko [pemerintah], jelas anggarannya kecil,” kata Dragonfly. Akhirnya mengandalkan selera fashionnya, Dragonfly memburu barang-barang favoritnya di Pasar Taman Puring, destinasi pecinta fashion dengan budget terbatas. Pasar Taman Puring yang terletak di kawasan Mayestik, Jakarta Selatan ini sering dikunjungi oleh para penggemar fashion brand ternama dengan harga retail yang murah. Hampir semua merek terkenal bisa ditemukan di sana, mulai dari barang palsu, atau barang asli tapi dijual oleh pemilik sebelumnya, serta perlengkapan asli tapi tersedia melalui lini produk “reject”.

Puma Football Poly Tracksuit 65520114 Jaket Celana Original, Fesyen Pria, Pakaian , Baju Luaran Di Carousell

“Makanya belanja butuh fashion agar tidak tertipu membeli barang palsu. Bahan, jahitan, bau lem yang digunakan, dan merek asli seringkali berbeda,” jelasnya. Tanpa disadari, kebiasaannya berburu sepatu olahraga membuka jalan bagi pria berusia 39 tahun itu untuk memulai karir sebagai pengusaha. . Suatu hari, Dragonfly membutuhkan uang segera. Sayangnya, saldo di akunnya tidak mencukupi, sehingga dia ingat bahwa dia memiliki banyak sepatu kets bermerek. Muncul ide untuk menjual salah satu koleksinya. “Saat itu, saya memposting penawaran di KasKus [Forum], dengan gambar. Ternyata banyak yang merespon dan menjualnya,” ujar Dragonfly. Sejak saat itu, Dragonfly mulai tertarik dengan bisnis online, khususnya sepatu kets. Harga yang ditawarkan bervariasi sesuai model dan juga merek, dengan margin keuntungan yang tak jarang mencapai Rp 100.000 per pasang. Melihat pasar yang mulai terbentuk, Capung lebih banyak bekerja di penjualan. Dari awal hanya menjual sepatu, Dragonfly mulai menjual pakaian brand. Tiga tahun, Capung memulai bisnis jual beli produk brand di Jakarta saat masih menjadi perusahaan. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari zona nyamannya, berhenti dari pekerjaannya dan pergi ke Bandung untuk mengembangkan usahanya.Bandung itu pasar terbesar saat saya mulai berjualan di KasKus, ujarnya. barang yang Anda jual berasal.Berangkat ke Bandung membuatnya lebih memahami kinerja ekonomi dari produk fesyen “asli” yang berhasil.

Indonesia merupakan salah satu pusat mode terbesar di Asia Tenggara, setelah Thailand dan Vietnam. Kementerian Perindustrian melihat ada 323 perusahaan yang terdaftar di negara ini. Dengan banyaknya tenaga kerja yang setara dengan kualitas kerjanya, berbagai perusahaan fashion tanah air telah mengalihdayakan produksi baju, tas, dan sepatu ke pabrik-pabrik garmen di Indonesia. Sesuai regulasi, produk yang diproduksi harus melalui proses quality control (QC). Produk yang lolos QC akan dikembalikan ke customer, sedangkan produk yang gagal atau “reject”, artinya harus dimusnahkan. Alih-alih dihancurkan, barang-barang yang ditolak itu dijual kembali, dan Dragonfly menjadi salah satu pembelinya. Meski menyebut dirinya sebagai penjual “bekas” dan tidak mengetahui dari mana asal barang yang dijualnya, ia paham bahwa praktik jual beli yang dilakukannya berpotensi melanggar hukum. Barang yang dijualnya tidak dimaksudkan untuk beredar di Indonesia dan seharusnya dimusnahkan.

Beberapa hoodie reject buatan Jawa Barat yang seharusnya dimusnahkan ditempatkan di toko baju online di Bandung. Foto oleh Iqbal Kusumadirezza

Namun, bisnis ini tetap ia jalankan mengingat tingginya permintaan akan produk berkualitas dengan harga murah di Indonesia. “Juga, sifat orang Indonesia adalah bahwa mereka semua ‘mencintai’.” Sayang sekali bajunya masih dipakai, sayang sekali sepatunya masih bagus. Daripada dibakar, lebih baik dijual lagi,” tambah Capung sambil tertawa.

Perbedaan Sepatu Adidas Ori Dan Kw (ciri Ciri Asli & Palsu)

Memahami risiko ini, Capung memutuskan untuk membeli beberapa item dari banyak vendor. Ia pun memutuskan untuk tidak membuka cabang tokonya. Dengan perubahan Rp. 3 juta-Rp. 5 juta per bulan, Dragonfly mengaku puas dengan bisnisnya saat ini. Warga Bandung Timur ini juga tertarik untuk mempromosikan usahanya di daerah lain. “Kemarin saya baru buka untuk cuci sepatu. “Saya berpikir, sebagai penjual sepatu, kenapa tidak membuka usaha penyimpanan sepatu,” ujarnya.

Capung hanyalah salah satu dari beberapa pengecer kecil yang membeli dan menjual pakaian, tas, dan sepatu yang tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Namun, skala usahanya tidak seberapa jika dibandingkan dengan beberapa toko fashion di Bandung (sering disebut toko pabrik) yang menjual produk berkualitas, yang asal produksinya sulit ditemukan. Paling tidak, bisa dipastikan banyak produk dengan merek ternama yang ditolak pasar luar negeri. Tag status penolakan QC biasanya masih menempel di jaket atau sepatu kets. Ia menemukan sebuah merk jeans yang dijual di sebuah toko ternama di Bandung, dengan harga Rp 150.000. Padahal, jika merujuk pada informasi di situs resminya, seharusnya harga jeans jenis ini mulai dari Rp. 400.000. hingga dua juta rupiah. Kecenderungan serupa juga terlihat pada penjualan beberapa pakaian dari jaringan toko fashion ternama dunia yang biasanya hanya kita temukan di mal-mal kelas menengah Jakarta. Di Factory Outlet, pakaian dari brand niche dijual dengan harga Rp 150.000 hingga Rp 200.000. Ini jauh lebih rendah dari harga yang ditampilkan di situs resmi rumah mode internasional ini.

Salah satu toko di Bandung yang menjual barang tersebut adalah Rumah Mode. Namun saat dikonfirmasi, juru bicara FO menolak dimintai keterangan mengenai asal-usul merek pakaian yang mereka jual, dengan alasan menyangkut “rahasia perusahaan”.

Jawa Barat merupakan salah satu daerah dengan jumlah pabrik tekstil dan pakaian jadi terbesar di tanah air. Ada lebih dari 180 pabrik di sektor ini yang terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, tersebar di berbagai kota dan daerah. Beberapa pabrik tersebut dipercaya oleh banyak rumah mode di tanah air untuk memproduksi berbagai fashion item. Berdasarkan informasi dari Iwang, seorang pekerja gudang di sebuah pabrik pakaian di Jawa Barat, proses pembuatan pakaian biasanya dilakukan secara musiman atau empat bulan sekali, tergantung iklim negara seperti Amerika dan Eropa. “Jumlah baju yang diproduksi tidak tetap, tentu ada permintaan dari perusahaan yang mengurusi merek tersebut,” ujar pria 46 tahun yang meminta untuk tidak disebutkan namanya untuk artikel ini. Terkadang pelanggan mengirimkan pola bersama dengan barang-barang seperti benang, kancing, ritsleting, dan kain. Sedangkan pabrik hanya mendukung bekerja dengan program CMT atau Maklun. Artinya, pabrik hanya melakukan tugas pembuatan pakaian, mulai dari pemotongan kain, penjahitan, hingga pengemasan produk.

Salomon S Lab Phantasm Running Sepatu Outdoor Carrier Patagonia Hiking Arcteryx Fjallraven Mammut Hagt Lowa La Sportiva Tas Gregory The North Face Goretex Millet, Fesyen Pria, Sepatu , Lainnya Di Carousell

Tak jarang, pelanggan cukup mengirimkan model dan memasang barang ke pabrik dengan spesifikasi tertentu. Pasal ini juga merupakan salah satu indikator harga jual produk, termasuk harga jual produk reject. “Biaya jaket dan celana bekas lebih mahal dari hoodie, kaos, kemeja atau barang bekas lainnya,” jelas Iwang.

Banyak jaket down impor yang dipajang di etalase sebuah pabrik garmen di Bandung, Jawa Barat. Foto oleh Iqbal Kusumadirezza

Iwang membenarkan adanya praktik jual beli barang reject di tempat kerjanya. Padahal, praktik ilegal ini sudah dilakukan sejak 2005.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!